Senin, 03 September 2018

Deklarasi #2019GantiPresiden Makar kan tuh ?!




“Deklarasi  #2019GantiPresiden?”  “Makar tuh!”




Holla Assalamu’alaikum ...
            
    Berbicara soal politik, selalu ada hal yang menarik untuk dibahas. Suka nggak suka masalah politik  di Indonesia kini sudah menjadi daily food. Tak ayal, masyarakat kita pun saat ini sudah begitu up2date terhadap perkembangan politik yang terjadi. Namun, pada tahun 2018 ini ada satu hal yang mencuri perhatian kita, yaitu deklarasi  #2019GantiPresiden. Sebenarnya apa yak makna dari tagar tersebut?

#2019GantiPresiden

                Menjelang pemilu presiden 2019, perang #2019GantiPresiden dengan #2019TetapJokowi mulai membahara di jagad media sosial. Kedua kubu tersebut bak pendukung dua klub sepakbola, saling adu kekuatan hastag. Siapakah yang paling kuat?. Hmm, Riris nggak akan bahas soal kubu siapakah yang paling kuat. But Riris just want to share you what should we do about this issue.
Apa tagar tersebut merupakan hantu?. Actually jika dikaitkan dengan hantu memang rada nyambung yak. Ada yang ketakutan, namun justru ada juga yang menantangnya. So what’s the impact of the hasthtag ghost?.  Sebut saja penceramah Neno warisman saat hendak menghadiri deklarasi #2019GantiPresiden di Pekanbaru pada Minggu 26 Agustus. Banyak massa yang menolak kedatangan beliau karena dianggap meresahkan. Adapula musisi  Ahmad Dhani yang dikeruduk oleh massa penolak #2019GantiPresiden saat berada di sebuah hotel di kota Surabaya.  Hmm, lalu kalau begitu apakah deklarasi #2019GantiPresiden merupakan makar?

Makar atau bukan nih?

Kalau untuk menyimpulkan suatu issue politik, Riris bukan ahlinya yak. Lagipun Riris juga nggak terlalu suka dengan masalah politik (padahal cita-cita ingin jadi seorang duta, wkwk). But sebagai remaja yang kritis (haha), Riris berpendapat bahwa deklarasi #2019GantiPresiden adalah hanya sebuah tagar, that isn’t MAKAR. Yap, rasanya tagar yang berbunyi #2019GantiPresiden hanya sebuah ajakan untuk tahun 2019 bukan sekarang  (karena toh tahun 2019 bertepatan dengan pilpres). Sementara yang namanya makar adalah usaha menggulingkan kekuasaan yang sedang berlangsung. So, kalau tagar tersebut terjadi/ sudah terjadi pada tahun 2016-2017-2018 maka tagar tersebut bisa dikatakan makar. Kurang lebih begitu.

“Kita tidak sedang menyebarkan kebencian, kita tidak sedang menjelekkan pak Jokowi, beliau orang baik, pemerintah sekarang sedang bekerja. Tapi kami menilai dan ini hak konstitusional kami, kami ingin #2019GantiPresiden yang lebih baik,” tutur politisi PKS, Mardani Ali Sera.

 So what should we do ?

 Riris pernah berdiskusi soal politik dengan seseorang, niatnya sih pengen disebut remaja yang smart (wkkwk). Tapi Riris malah dinasehati. Kurang lebih begini percakapannya :
Riris        :”The state of prison for corruptors in Indonesia is extraordinary. All cooking utensil, refrigerators and air conditioners are available. Even they can save money there”.
X             : “Oh Babe, you still young!.  Not the time for you to think about political”.
Riris        : “I know im still young, but im care and are sensitive about what is happening in this country”.
X             : “Oke, i see. But you have more important thing. Just focus on your study. I want you finish college well. You know what?  There are already taking care of it, don’t worry. You haven’t time yet. Just focus on your lecture”.

                Setelah difikir, ternyata ada benar nya juga. kenapa Riris sibuk diskusi, sibuk berkomentar mengenai politik yang bahkan Riris sendiri belum paham betul, juga belum bisa memberi  good impact terhadap masalah politik. Mengenai remaja yang care dan critical itu sangat hebat. But we must know the limits. kita masih punya urusan yang lebih penting dari sekadar ikut-ikutan meramaikan jagad media sosial. Urusan apa ? kamu yang suka berkomentar, juga kamu yang ikut menggelorakan tagar. Kontribusi apa yang sudah bisa kamu berikan ?. “Yealah Ris, ini bukan soal kontribusi atau prestasi. Ini soal masa depan bangsa. Kamu harus care dong!”. Kamu hebat sayang, siapa pula yang bilang kita tidak boleh care, but actually Riris hanya ingin menyampaikan janganlah kita terlalu bersikap fanatik mengenai politik, santai saja!. Setidaknya jangan ditanggapi  secara emotional apalagi sampai menyebarkan berita hoax. Soal pilpres sudah ada yang mengatur dan mengurusnya. Kita sebagai remaja yang care hanya perlu memastikan pilpres berjalan dengan baik, fair dan lancar tanpa ada permusuhan apalagi perpecahan. And don’t forget misi utama mu apa. Jika kamu merasa gemes dengan keadaan politik di Indonesia, jangan hanya berkomentar tapi make the change. Sudah bisa? Belum kan? So focus on ur study! Ingat skripsi mu masih belum kelar!, hehe. 

Siapapun presidennya, hormatilah ia !.



Then ...

Thanks ya peeps, sudah berkunjung di blog yang masih berantakan ini. So Riris sangat membutuhkan saran dan kritikan sobat semua.

Gracias !


Finding Dori on :
Insagram                                : @rina_risnawati
Twitter                            :@rirismybookid
And also watch me on youtube :  https://www.youtube.com/channel/UC9Bt1d1-r7OKOrBoM-__xrg?view_as=subscriber

^Tulisan ini dibuat untuk selfrimender ^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar