Tampilkan postingan dengan label salam literasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label salam literasi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 29 Agustus 2019

Hai, apa kabar Dedayu?

  “Hai, Apa Kabar Dedayu?”
(Rina Risnawati)



Ini tentang sebuah perjalanan
Pun tentang hati yang kau tanggalkan
Mencoba bertunas, menghapus jelaga
Melukis  helaian rasa di pendar cakrawala

Menyapamu, sebagai mimpi yang utuh
Hai, apa kabar Dedayu ?

Ini tentang perjalanan melupakan
Pun tentang rasa yang terkenang
Sebaiknya tak perlu kuingat, bukan ?
Ah bagaimana bisa?
Sebab melupakanmu tak bisa meniadakan rasa

Menyapamu, dengan sabit bibir yang tak lagi utuh
Hai, apa kabar Dedayu?

Batin meronta  meminta kembali
Sebab rindu tak bisa kubendung seorang diri
Tidak,  rasa kita tak perlu digenapkan lagi dan lagi
Biarlah cinta menemukan jalannya  sendiri

Melepasmu, aku harus sadar penuh
Hai, apa kabar Dedayu ?

Holla ! Asslamu’alaikum

Gimana kabarnya peeps? Riris buat  puisi nih buat kalian yang rindu postingan Riris (read : hihi), temanya rindu gitu, Riris kasih judul  ‘Hai, apa kabar Dedayu?. But, ada satu hal yang perlu di underline nih, puisi ini sifatnya fiksional ya, I only want to potray the dark side of yearning. (Puisi dibuat hanya untuk kepentingan lomba).


Baca juga puisi rindu lainnya, 'Kutitipkan Rindu pada Senja"
https://rirismybookid.blogspot.com/2018/07/sebuah-sajak-untukmu-kutitipkan-rindu.html


Selasa, 29 Januari 2019


Semestaku terluka
(Rina Risnawati)


Asa yang terucap membakar awan biru
Semesta ku membungkus baik masa lalu
Merajut harapan dengan sembilu
Mencoba berdamai dengan garis waktu

Semestaku merangkul  semuanya
Meski tergopoh tapi tak mengapa
Bergumal dengan mata-mata kejam
Sakit memang, semestaku terkekang

Bukankah bintang juga bernyawa?
Lalu mengapa mata kejam mencabiknya?
Melupakan cara menjadi manusia
Ah, semestaku terluka


baca juga puisi "Ku Titipkan Rindu pada Senja"


Gracias !!

Finding Dori on :
Instagram : rina_risnawatii
Twitter      : rirismybookid
Youtube    :https://www.youtube.com/channel/UC9Bt1d1-r7OKOrBoM-__xrg?view_as=subscriber

Sabtu, 25 Agustus 2018

Lha Bodo Amat !!




Bodo Amat !!!



Holla Asalamulaikum ..

                Berbicara soal kritikan Kadang kita suka merasa heran yak, kenapa .. orang segitu detailnya berkomentar, segitu care nya memikirkan kita (haha). Sementara kita sendiri merasa ogah banget kan buat nge judge orang. Ogah banget tahu apa dan bagaimana mereka. Orang ngomongin kita? it means mereka pengangguran lahir bathin. Benar- benar kurang kerjaan. Padahal hey!, apa yang kita dapatkan dari sikap yang bisa dikategorikan nyinyir itu? Imagine, saat kita nyinyir kita dapet duit gitu? “Ai kitu ku ngomongkeun batur  urang menang beas sakilo mah? Da hanteu!”.

Komentar berujung Nyinyir

                Ada tiga hal dalam hidup yang tidak bisa kembali. What’s those ?, pertama adalah waktu kedua ucapan and last adalah kesempatan. Seandainya mesin waktu itu benar-benar ada, maka disana akan ada banyak orang yang memperbaiki kembali ucapannya dan mengambil kembali kesempatan yang pernah hilang. So dalam hal ini, kita harus benar-benar bisa menghargai waktu. Niatnya sih komentar tapi malah berujung nyinyir. Oalah hati-hati dong pedangnya dijaga, kalau udah berdarah kan bahaya. Biar Riris kasih tau yak, berikanlah komentar hanya jika niatnya untuk  membangun bukan menjatuhkan, berikanlah komentar dengan cara classy  bukan mencari musuh. Pun harus ingat bahwa tujuan kita di dunia bukan untuk mengurusi hidup orang lain. Kecuali profesi kita memang sebagai pengacara (hihi).

Kepala sampai ujung kaki diliatin, situ iri yak?

Untuk hal ini kadang kita perlu bersikap bodo amat. Karena Si Mrs. Nyinyir emang suka banget jadi juri kehidupan. Apapun diliatin, diperhatiin dan ujungnya di omongin bareng squad nya. Geli juga melihat realitas kehidupan seperti itu. Berasa jadi selebgram gitu (wkwk). Jadi ini based on story  Riris yak. Nah di negara Riris ini kebanyakan warganya memiliki gaya hidup bak selebritis (walau sebenernya makan sama ikan asin doang) tapi beuh, rasa gengsi nya  gede, kepoan  juga kek wartawan, beli baju bermerk langsung pasang pengumuman,  (nggak tau kalo orang lain justru lebih dulu punya barang branded kek gitu, cuma mereka males aja buat sombong. Contohnya  kek Riris. Haha), merasa so paling tau segalanya, merasa paling melek fashion dan merasa paling wow dibandingkan orang lain (padahal suaminya harus tulang banting nyari duit buat makan dan jajan anak). Ini yang dimaksud efek negatif media sosial. Semua dilakukan hanya untuk pencitraan. Back to pengalaman. Jadi  Riris sekeluarga pernah merasakan pahitnya orang-orang seperti ini. Misal dulu Mamah Riris melewati sekumpulan orang kek gitu, tiba-tiba salah satu diantara mereka ngomong, “Idih, baju model kek gitu mau aja dipake!, kalo gue ogah banget”. Wow ini orang ngapain ngurusin baju orang lain, emang situ yang beliin?, haha. Mamah Riris orangnya cuek, dia nggak memberi tanggapan atas penghinaan itu. Katanya si kalo ditanggepin sama-sama bego (hihi). Nah menurut Riris emang untuk menghadapi orang-orang kek gini kita wajib bersikap bodo amat. Bodo amat sama omongan mereka, emang kita hidup di dunia ini untuk membahagiakan mereka? Agar mereka bangga? Sehingga hidup kita selalu fokus sama pendapat mereka? Idih ! Ogah banget!.  Hidup kita lebih berharga dari itu semua. Proud of yourself guys.
 Nah setiap Riris lewat pun mereka juga suka liatin penampilan Riris dari ujung kaki sampai kelapa, eh kepala. Oalaaaaahh risih sangat. Sebagain dari mereka juga sering nanyain kuliah Riris. Saat mamah Riris cakap STAN, malah diketawain, “Apa? Setan?”. Ih dasar norak banget! Orang dengan pemikiran kampung! Siapa yang nggak tau STAN kalo bukan sekumpulan orang norak kek gini ?  (haha, geleng-geleng kepala). Maafin Riris yang merasa gemes oh Tuhan.

Kalo udah gini, apa sikap Riris ?



            Riris sih menanggapinya santai aja yak. Karena untungnya Riris manusia yang tergolong cuek (wkwk), dan merasa ogah buat ngomongin orang. Riris lebih sayang lidah soalnya. Then apa sikap Riris menghadapi spicy critics (maksudnya kritik pedas, cuma ini pake Inggris kampung, hihi). Riris sih nggak sepenuhnya menutup telinga yak, Riris lebih sering bercermin aja, lebih banyak intropeksi juga. Karena sebenarnya kritikan semacam itu bisa jadi motivasi. Dan jangan dijadikan beban fikiran juga. Santai aja! because we better than them, makannya mengapa kita begitu diperhatikan. Saat Riris menghadapi orang seperti itu, Riris selalu bilang dalam hati, “Yaelah, BODO AMAT!”. Gue terlahir bukan untuk memikirkan pendapat orang, gue terlahir untuk mereka yang sayang sama gue.

Kutipan
“Kebahagiaan tidak membutuhkan penilaian orang lain”
Fiersa Basari



^Tulisan ini dibuat untuk selfreminder
NB : Riris nggak kuliah di STAN


Finding Dori on
Instagram : @rina_risnawatii
Youtube    : Rina_risnawatii
Facebook  : Rina Risnawati
Twitter      : @rirismybookid


     
Terima kasih sudah berkunjung :)
kalau mau di follback kirim pesan yak :)