Tampilkan postingan dengan label penyakit hati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label penyakit hati. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 25 Agustus 2018

Lha Bodo Amat !!




Bodo Amat !!!



Holla Asalamulaikum ..

                Berbicara soal kritikan Kadang kita suka merasa heran yak, kenapa .. orang segitu detailnya berkomentar, segitu care nya memikirkan kita (haha). Sementara kita sendiri merasa ogah banget kan buat nge judge orang. Ogah banget tahu apa dan bagaimana mereka. Orang ngomongin kita? it means mereka pengangguran lahir bathin. Benar- benar kurang kerjaan. Padahal hey!, apa yang kita dapatkan dari sikap yang bisa dikategorikan nyinyir itu? Imagine, saat kita nyinyir kita dapet duit gitu? “Ai kitu ku ngomongkeun batur  urang menang beas sakilo mah? Da hanteu!”.

Komentar berujung Nyinyir

                Ada tiga hal dalam hidup yang tidak bisa kembali. What’s those ?, pertama adalah waktu kedua ucapan and last adalah kesempatan. Seandainya mesin waktu itu benar-benar ada, maka disana akan ada banyak orang yang memperbaiki kembali ucapannya dan mengambil kembali kesempatan yang pernah hilang. So dalam hal ini, kita harus benar-benar bisa menghargai waktu. Niatnya sih komentar tapi malah berujung nyinyir. Oalah hati-hati dong pedangnya dijaga, kalau udah berdarah kan bahaya. Biar Riris kasih tau yak, berikanlah komentar hanya jika niatnya untuk  membangun bukan menjatuhkan, berikanlah komentar dengan cara classy  bukan mencari musuh. Pun harus ingat bahwa tujuan kita di dunia bukan untuk mengurusi hidup orang lain. Kecuali profesi kita memang sebagai pengacara (hihi).

Kepala sampai ujung kaki diliatin, situ iri yak?

Untuk hal ini kadang kita perlu bersikap bodo amat. Karena Si Mrs. Nyinyir emang suka banget jadi juri kehidupan. Apapun diliatin, diperhatiin dan ujungnya di omongin bareng squad nya. Geli juga melihat realitas kehidupan seperti itu. Berasa jadi selebgram gitu (wkwk). Jadi ini based on story  Riris yak. Nah di negara Riris ini kebanyakan warganya memiliki gaya hidup bak selebritis (walau sebenernya makan sama ikan asin doang) tapi beuh, rasa gengsi nya  gede, kepoan  juga kek wartawan, beli baju bermerk langsung pasang pengumuman,  (nggak tau kalo orang lain justru lebih dulu punya barang branded kek gitu, cuma mereka males aja buat sombong. Contohnya  kek Riris. Haha), merasa so paling tau segalanya, merasa paling melek fashion dan merasa paling wow dibandingkan orang lain (padahal suaminya harus tulang banting nyari duit buat makan dan jajan anak). Ini yang dimaksud efek negatif media sosial. Semua dilakukan hanya untuk pencitraan. Back to pengalaman. Jadi  Riris sekeluarga pernah merasakan pahitnya orang-orang seperti ini. Misal dulu Mamah Riris melewati sekumpulan orang kek gitu, tiba-tiba salah satu diantara mereka ngomong, “Idih, baju model kek gitu mau aja dipake!, kalo gue ogah banget”. Wow ini orang ngapain ngurusin baju orang lain, emang situ yang beliin?, haha. Mamah Riris orangnya cuek, dia nggak memberi tanggapan atas penghinaan itu. Katanya si kalo ditanggepin sama-sama bego (hihi). Nah menurut Riris emang untuk menghadapi orang-orang kek gini kita wajib bersikap bodo amat. Bodo amat sama omongan mereka, emang kita hidup di dunia ini untuk membahagiakan mereka? Agar mereka bangga? Sehingga hidup kita selalu fokus sama pendapat mereka? Idih ! Ogah banget!.  Hidup kita lebih berharga dari itu semua. Proud of yourself guys.
 Nah setiap Riris lewat pun mereka juga suka liatin penampilan Riris dari ujung kaki sampai kelapa, eh kepala. Oalaaaaahh risih sangat. Sebagain dari mereka juga sering nanyain kuliah Riris. Saat mamah Riris cakap STAN, malah diketawain, “Apa? Setan?”. Ih dasar norak banget! Orang dengan pemikiran kampung! Siapa yang nggak tau STAN kalo bukan sekumpulan orang norak kek gini ?  (haha, geleng-geleng kepala). Maafin Riris yang merasa gemes oh Tuhan.

Kalo udah gini, apa sikap Riris ?



            Riris sih menanggapinya santai aja yak. Karena untungnya Riris manusia yang tergolong cuek (wkwk), dan merasa ogah buat ngomongin orang. Riris lebih sayang lidah soalnya. Then apa sikap Riris menghadapi spicy critics (maksudnya kritik pedas, cuma ini pake Inggris kampung, hihi). Riris sih nggak sepenuhnya menutup telinga yak, Riris lebih sering bercermin aja, lebih banyak intropeksi juga. Karena sebenarnya kritikan semacam itu bisa jadi motivasi. Dan jangan dijadikan beban fikiran juga. Santai aja! because we better than them, makannya mengapa kita begitu diperhatikan. Saat Riris menghadapi orang seperti itu, Riris selalu bilang dalam hati, “Yaelah, BODO AMAT!”. Gue terlahir bukan untuk memikirkan pendapat orang, gue terlahir untuk mereka yang sayang sama gue.

Kutipan
“Kebahagiaan tidak membutuhkan penilaian orang lain”
Fiersa Basari



^Tulisan ini dibuat untuk selfreminder
NB : Riris nggak kuliah di STAN


Finding Dori on
Instagram : @rina_risnawatii
Youtube    : Rina_risnawatii
Facebook  : Rina Risnawati
Twitter      : @rirismybookid


     
Terima kasih sudah berkunjung :)
kalau mau di follback kirim pesan yak :)

Minggu, 19 Agustus 2018

Iri ? Oalah Tanda Kualitas Diri Rendah


Iri ? Sebuah Tanda Rendahnya Diri

Holla ! Assalamualaikum,
In this writing, gue ingin basa-basi mengenai sebuah penyakit hati, sebuah penyakit yang amat menyiksa pemiliknya, sebuah sikap dan perasaan tidak senang ketika melihat orang lain memperoleh suatu kenikmatan. Yep .. it is called as “iri”.
Saat SMA gue pernah dilanda penyakit ini, Astagfirullah ...  . Saat itu gue merasa nggak suka terhadap temen deket sendiri,  gue merasa benci saat dia punya pacar, gue juga nggak suka saat dia punya netbook baru, dan hal lain yang dia punya. Kebencian itu membuat gue jadi jauh sama dia,  gue merasa nggak senang aja kalo ada dia, oleh karenanya gue suka menghindar, berusaha mencari jalan lain (saat lewat)  dengan harapan nggak ketemu dia, gue juga suka pura-pura nggak lihat, padahal sebenarnya dia nggak jauh dari gue. Astagfirullah ..  begitu mengerikannya diri gue kala itu, begitu rendahnya iman gue. Sampai sekarang gue selalu merasa bersalah sama dia, gue membuat suatu persahabatan lebur tak bersisa hanya karena sebuah perasaan iri.
Sekarang gue sadar,  rasa iri hanya akan menghancurkan apa yang gue punya, merampas kebahagian, membuat hidup terasa sesak dan sempit karena selalu membandingkan diri dengan orang lain. Semua yang gue alami dulu membuat gue semakin pandai bersyukur, gue semakin mencintai apa yang gue punya. Karena gue sadar apa yang Allah kasih ke gue belum tentu Allah kasih ke orang lain, dan apa yang Allah kasih kepada orang lain, belum tentu juga Allah kasih ke gue, maka kuncinya adalah bersyukur”.
“Bersyukur”
Yep, bersyukur adalah kunci kebahagiaan, bersyukur atas nikmat yang  telah Allah beri akan menjauhkan  ki ta dari perasaan iri. Bersyukurlah maka Allah akan menambah nikmat Nya kepada kita, itu janji Allah. QS. Ibrahim ayat 7 :


 لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Begitulah janji Allah, sudah sangat jelas. Dengan bersyukur, nikmat kita akan bertambah berkah. So, ucapkan Alhamdulillah , Alhamdulillah untuk kehidupan yang indah, Alhamdulllah untuk nafas yang masih dapat kita hembuskan.


فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Orang pada iri? Apa sikap Gue?

”Iri adalah tanda tak mampu”, that sentence is so simple but it is so clear dan memang benar. Gue dulu iri sama orang, ya tentu karena gue merasa nggak mampu seperti dia.  Itulah hakikat orang yang iri, iri karena nggak mampu. Orang iri sama kita? It means level kita lebih dari dia (hakikatnya begitu).  
Saat kita maju, maka disana akan ada orang-orang yang bangga namun tak sedikit juga orang yang tidak suka.  Bersyukurlah saat orang iri sama kita, cause it means we better than them. Penonton memang hanya bisa berkomentar, it’s so simple.
 Saat orang iri sama gue, gue malah ingin membuat dia semakin iri (tanpa gue harus sombong). It means, saat orang lain iri sama apa yang gue capai, gue semakin ingin membuktikan bahwa gue bisa lebih dari apa yang mereka lihat. Rasa iri orang lain, membuat gue termotivasi untuk mencapai sesuatu yang lebih. Then, gimana gue menyikapinya ?, gue semakin mawas diri aja, karena something wrong mungkin terjadi tanpa gue sadari, semakin banyak berdo’a dan juga gue selalu bilang pada diri sendiri, bahwa mereka iri pada orang yang salah (itu salah satu cara agar tetap tawadhu).

Kutipan

“Apa yang Allah berikan kepadamu belum tentu Allah memberikannya kepada orang lain.
Dan apa yang Allah beri kepada orang lain, belum tentu diberikan kepadamu.
Maka kuncinya adalah Bersyukur.”

^Tulisan ini dibuat hanya untuk selfreminder^